Bukan Sekedar KAMUS!

loading...

Di Balik Bianglala....

Kata 'nya', entah siapa 'nya', sebelum mencuri selendang sang bidadari, Jaka Tarub menghabiskan waktu dengan mengintip para bidadari mandi. Tapi bagian ini kok kesannya Amoral ya.... masak iya seorang satria, mempunyai kelakuan begitu. Tapi mungkin juga... namanya saja manusia. Bahkan yang Dewa sekalipun, seperti dewa Syiwa, tidak bisa menahan nafsu nya melihat sang istri yang begitu cantik dan sexy dalam remang remang cahaya Candik kala...cieeeh.

Nafsu frenz, adalah cikal bakal kehancuran. Tercatat dalam sejarah, kehancuran manusia di sebabkan oleh tiga hal Harta, Tahta, dan Sex. Dulu waktu aku kecil, ketiga hal diatas itu merupakan monopoli kaum lelaki saja, sebab itu yang terakhir
 bukan Sex, tapi wanita. KArena dulu pasangan lelaki adalah wanita. tapi dalam perkembangan zaman ini, petaka kaum nabi Luth, bangsa Sodom dan Gomorah sudah mulai terjadi lagi. Bukan wanita saja yang menjadi cikal kehancuran kaum lelaki tapi lelaki juga menjadi punca kehancuran mereka sendiri. Kan terasa nggak etis begitu kalau unsur yang terakhir itu di sebut WANITA. kesannya kok diskriminatif banget! Wanita adalah penyebab kehancuran pria. I disagree! Absolutly disagree! Bukan wanita, tapi nafsu Sexualnya sendiri.

Dalam salah satu buku terbaca, bahwa semulia-mulianya manusia adalah mereka yang bisa mengontrol NAFSU nya. Tapi bisakah? Pasti bisa! yang di sebut mengontrol di sini adalah menahan nafsu bukan menutupi nafsu. Menahan nafsu hanya bisa di lakukan dengan jalan keimanan. Mendekatkan diri pada Tuhan, beribadah banyak-banyak, sadar dengan hati dan pikiran bahwa setiap aturan, moral dan etika mempunyai alasan sendiri untuk tidak di langar. Setiap status mempunyai 'do' dan 'don't'. Tapi masalahnya sekarang tindakan seperti ini sudah di jadikan kedok belaka untuk menutupi nafsu. Berapa banyak orang yang terlihat Alim, rajin ibadah, bijaksana, berkharisma, kelakuan terlihat tanpa celah namun di akhir cerita berakhir dengan sengketa?? jawabnya adalah Buaaaaanyak sekali. Bejibun! Trus apa hubunganya NAfsu dengan si JAka tarub?

Hubungannya bilateral un rasional.. nafsu itulah yang membuat Jaka Tarub mencuri selendang sang bidadari sehingga dia tidak bisa kembali kekhayangan. Nafsu untuk terlihat mulia dengan membuat orang lain menderita. Akhir kisah, si Jaka Tarub berhasil memikat si putri jelita yang sedang bingung mencari selendangnya. Lalu kemudian keduanya menikah hingga menpunyai seorang putri.

Sang bidadari yang bernama Nawang Wulan, Selama hidup berumah tangga selalu memakai kesaktiannya. Sebutir beras bisa dimasaknya menjadi sebakul nasi. Suatu hari Jaka Tarub melanggar larangan Nawangwulan supaya tidak membuka tutup penanak nasi. Akibatnya kesaktian Nawangwulan hilang. Sejak itu ia menanak nasi seperti umumnya wanita biasa. LAma kelamaan persediaan beras menjadi berkurang. Ketika beras tinggal sedikit, Nawangwulan menemukan selendang pusakanya tersembunyi di dalam lumbung. Nawangwulan pun marah mengetahui kalau suaminya yang telah mencuri benda tersebut.

Jaka Tarub memohon istrinya untuk tidak kembali ke kahyangan. Namun tekad Nawangwulan sudah bulat. Hanya demi bayi Nawangsih ia rela turun ke bumi untuk menyusui saja. Artinya??? Love is not enough or not love at al? tapi kok bisa punya anak? Anak kan terlahir bukan karena cinta, tapi karena adanya hubungan sexual. So?

Intinya, setiap perbuatan itu ada karmanya. Kata orang, langkah pertama itu menentukan segalanya.. benarkah? Hurm.... benar! tapi selanjutnya ya terserah anda....

Lalu kenapa JAka Tarub di sebut sebagai leluhur orang-orang Mataram? Begini ceritanya... Setelah sang bidadari kembali ke Khayangan, jaka tarub membesarkan putrinya sendirian. Menyadari kesalahannya di masa muda yang menyebabkannya kehilangan istri tercinta, Jaka tarub menghabiskan hidupnya dengan bertirakat hingga menjadi sakti mandraguna dan bergelar Ki Ageng Tarub.

Ki Ageng Tarub bersahabat dengan Brawijaya raja Majapahit. Pada suatu hari Brawijaya mengirimkan keris pusaka Kyai Mahesa Nular supaya dirawat oleh Ki Ageng Tarub. Utusan Brawijaya yang menyampaikan keris tersebut bernama Ki Buyut Masahar dan Bondan Kejawan, anak angkatnya. Ki Ageng Tarub mengetahui kalau Bondan Kejawan sebenarnya putra kandung Brawijaya. Maka, pemuda itu pun diminta agar tinggal bersamanya di desa Tarub.

Sejak saat itu Bondan Kejawan menjadi anak angkat Ki Ageng Tarub, dan diganti namanya menjadi Lembu Peteng. Ketika Nawangsih tumbuh dewasa, keduanya pun dinikahkan. Setelah Jaka Tarub meninggal dunia, Lembu Peteng alias Bondan Kejawan menggantikannya sebagai Ki Ageng Tarub yang baru. Nawangsih sendiri melahirkan seorang putra, yang setelah dewasa bernama Ki Getas Pandawa.

Ki Ageng Getas Pandawa kemudian memiliki putra bergelar Ki Ageng Sela, yang merupakan kakek buyut Panembahan Senapati, pendiri Kesultanan Mataram.

Begitu lho.... ternyata.. gara-gara bianglala...
loading...
Bagikan :
Back To Top