Bukan Sekedar KAMUS!

loading...

Reog Ponorogo

Reog Ponorogo adalah salah satu seni budaya asli Indonesia. Mungkin ada banyak reog di dunia... ada Reog Malaysia, Reog Cina (Lion Dance) atau reog-reog dari berbagai negara atau bahkan di berbagai pelosok Indonesia.. Tapi kalau Reog Ponorogo....saya bisa mengatakan bahwa pasti... Reog itu asli budayanya orang Indonesia. Khususnya orang Ponorogo. Reog Ponorogo bukan asal Reog. Tapi ada riwayat dan sejarahnya.


Prabu Kelana Sewandono

Pada Zaman dahulu kala, di masa kerajaan Majapahit legenda Reog atau Barongan bermula. Di awali dari kisah Demang Ki Ageng Kutu Suryonggalan yang ingin menyindir Raja Majapahit, Bre Kertabhumi atau Prabu Brawijaya V. Pada saat itu Sang Prabu sering tidak memenuhi kewajibannya dan melalaikan tugasnya sebagai pengayom rakyat karena terlalu dipengaruhi dan dikendalikan oleh salah satu permaisurnya. Oleh karena itu dibuatlah topeng barongan yang terbuat dari kulit Macan Gembong (harimau Jawa) yang ditunggangi burung Merak. Sang prabu dilambangkan sebagai Harimau. Merak yang menungganginya melambangkan sang permaisuri. Sementara badut berwajah merah Bujang Ganong, melambangkan Ki Ageng Kutu sendiri yang dengan gerak geriknya yang provokatif dan akrobatik mengejek anggota kerajaan yang bersangkutan. Sedang Jathilan atau kuda kepang melambangkan prajurit Majapahit yang lemah dan duduk bermegah-megah diatas kuda. Kontras sekali dengan kekuatan para Warok yang berpakaian hitam-hitam berjalan kaki dan terlihat perkasa. Saat itu figure prabu Kelana Sewandono belum muncul. Baru pada masa kekuasaan Adipati Batara katong yang memerintah Ponorogo sekitar 500 tahun lalu, reog mulai berkembang menjadi kesenian rakyat dan mulai mempunyai alur cerita yang unik yang diambil dari legenda kerajaan Jengala dan Kediri, cikal bakal kerajaan Majapahit.


Warok
Ada beberapa lakonan yang sering di bawakan pada pementasan Reog. Cerita lakonan yang populer adalah cerita Panji dan Babad Kelana Sewandono. Babad Kelana Sewandono merupakan pakem (runtutan cerita) asli seni pertunjukan Reog. Meski sebenarnya kedua cerita di atas baik yang versi Panji maupun Babad Kelana Sewandono hampir serupa meski tak sama. Namun yang jelas keduanya bercerita tentang Prabu Kelana Sewandono dari Jengala yang sedang dimabuk cinta kepada Dewi Songgolangit dari kerajaan Kediri. Kalau di lihat sepintas lalu lakonannya hampir sama dengan cerita Bandung Bondowoso dan Roro Jongrang. Atau cerita klasik dari Parahyangan "Sangkuriang" yang kesemua berpusat pada cinta dan penolakan. Bedanya mungkin, Babad Kelana Sewandono mempunyai akhir yang happy ending. Dimana Sang prabu berhasil mempersunting Dewi Songgolangit setelah berhasil mengalahkan Singo Barong dengan bantuan para Warok. Hurmm.. jadi ingat kisahnya Panji Asmoro bangun. Mungkinkah Prabu Kelana Sewandono dan Panji Asmoro BAngun itu orang yang sama? Seingat saya kedua-duanya berasal dari Jengala dan jatuh cinta pada Puteri dari Keraton Kediri.


Bujang Ganong
Tentu saja pertunjukan cerita dalam pertunjukan Reog tidak sampai ke Happy endingnya tetapi lebih terfokus pada pertarungan antara prabu Kelana dengan Singo Barong yang di koreografikan sedemikian rupa sehingga muncul kesan artistik dan mistiknya. Tentang penari Reog yang kesurupan adalagi ceritanya. Menurut sesepuh Reog, Alm Mbah Wo Kucing, "Reog itu nggak perlu ndadi. Kalau ndadi itu ya namanya bukan reog, itu jathilan...."

Jathilan/kuda kepang
Jathilan atau tenarnya sering di sebut Kuda Kepang atau Jaran Kepang memang sering Ndadi atau kesurupan. Sudah menjadi rahasia umum kalau kuda kepang itu suka makan beling (pecahan kaca). Tidak ada ilmu eksakta yang bisa menjelaskan fenomena itu tapi satu orang yang pasti bisa... sang pawang yang sering di kenal sebagai Warok.


Entry terdahulu Warok....
loading...
Bagikan :
Back To Top