Bukan Sekedar KAMUS!

loading...

Warok dan Gemblakan

Warok adalah salah satu tokoh pelakon dalam pertunjukan Reog yang terabadikan dalam kehidupan nyata. Penari Reog, Kuda kepang, Bujang Ganong disebut begitu jika sedang mengadakan pertunjukan dalam kehidupan nyata mereka tak ada beda dengan orang kebanyakan. Tapi seorang Warok.... di panggung ataupun di kehidupan nyata...tetaplah Warok. S

Kisah asal muasal Warok muncul hampir bersamaan dengan Reog. Karena keduanya adalah satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Dulu di mana ada Reog pasti ada warok. Bermula dari Ki ageng Kutu, sastrawan Majapahit yang tidak suka dengan pengaruh istri bre Kerthabumi di bidang politik dan tatanan kerajaan serta korupsi dan kesewang wenangan yang mulai merajarela. Untuk berunjuk rasa, KiAgeng Kutu mendirikan perguruan yang mengajarkan tentang Ilmu Spiritual, kesaktian dan ilmu kesempurnaan. Para murid Ki Ageng Kuthu inilah yang di sebut Warok. Sebagai seorang penganut Budha Tantrayana Ki Ageng Kutu percaya bahwa kekuatan spiritual seseorang hanya bisa tercapai jika mereka bisa mengalahkan hawa nafsu. Salah satu peraturan di perguruan ki Ageng Kutu adalah para warok di larang berhubungan sexual dengan wanita. Sebab menurutnya, aktivitas sexual yang menyebabkan terkeluarnya sperma menyebabkan para Warok kehilangan kekuatan supranaturalnya. Untuk menyalurkan sifat affeksinya sebagai manusia, para warok melampiaskan kasih sayangnya pada para lelaki yang menjadi pembantunya dan menjadi penganti kehadiran wanita dalam hidupnya. Dari sinilah kemudian muncul istilah Gemblakan.

Pada zaman ki Ageng kutu mungkin belum ada term homosexual. Jadi larangan berhubungan sex hanya dengan wanita. Namun sejalan dengan perkembangan zaman, peraturan itu di putar belitkan menjadi bahwa seorang warok di larang berhubungan sex dengan wanita tapi kalau dengan sesama lelaki boleh. Padahal intinya larangan berhubungan sexual adalah karena keluarnya Sperma dapat mengurangi kekuatan spritual. Memangnya kalau berhubungan sexual dengan sesama jenis tidak keluar Sperma? Haiyooo.... shorcut ya..

Jadi sepertinya Gemblakan sudah disalah tafsir. Gemblak untuk Warok bukan untuk menyalurkan hasrat biologis tapi sebagai pelampiasan rasa kasih sayang. Itu untuk para warok sejati yang tidak menikah. Kalau punya istri..seharusnya ya nggak perlu gemblak kan? Namun pada akhirnya, mempunyai gemblak menjadi sebuah kewajiban bagi Warok katanya sebagai kelangenan, yang kadang lebih disayangi ketimbang istri dan anaknya. Sehingga muncul salah kaprah dalam masyarakat. Bahwa seorang gemblak adalah mereka yang menjadi pelampiasan sexual para warok. Padahal? ya hanya warok dan Gemblak itu sendiri yang tahu.
loading...
Bagikan :
Back To Top