Di Asia Tenggara terutama Indonesia, merokok merupakan sumber kerusakan yang besar. Penyebab polusi udara yang mematikan. Namun tidak disadari dan diabaikan. Padahal pencemaran udara yang disebabkan oleh tembakau rokok yang dirokok para perokok tidak ada bedanya bahkan bisa saja lebih berbahaya dari polusi udara yang disebabkan oleh pembakaran hutan.
Indonesia adalah surga bagi para perokok dan neraka bagi lingkungan sekitarnya. Karena di Indonesia para perokok bebas merokok dimana saja. Mereka adalah kriminal yang kebal hukum. Penjahat yang kejahatannya telah di legalisasi dan di akui secara cah oleh hukum bahkan mempunyai hak azazi. Wow... sorry no offence...!
Tapi pernyataan di atas adalah tepat di mata saya. Buktinya bahwa merokok adalah tindakan kriminal adalah karena merokok merupakan salah satu tindakan penyebaran polusi udara dengan zat-zat beracun berbahaya seperti :
1. 
Amoniak
Amoniak 2. Arsenik
3. Aseton
4. Asam Sulfur
5. Butana
6. Metanol
7. Naftalen
8. Vinil klorida
9. DDT
10. Shellac, dsb. (souerce Atlas Tobacco)
Berbagai penelitian di dunia mengungkapkan hubungan erat dengan berbagai penyakit dan kematian dini. Dampak negatif merokok bukan hanya pada individu yang merokok (perokok aktif) tetapi juga orang-orang yang berada disekitarnya (perokok pasif). Bahkan perokok pasif inilah yang menanggung resiko tertinggi dari bahaya merokok.
Dalam opini saya, semakin tinggi perokok suatu negara maka tatanan sosial dan kehidupan berbangsa semakin rusak, acak-acakan dan amburadul. Mangapa? Ya karena begitulah adanya, Apasih yang di harap dari suatu negara yang penduduknya adalah manusia-manusia egois yang lebih mengutamakan kepentingan diri sendiri tanpa perduli pada orang lain? Ciri-ciri orang egois salah satunya adalah merokok. Buktinya meski tahu merokok itu membahayakan kesehatan lingkungan dan orang sekitar mereka tidak perduli.
Jadi kesimpulannya, semakin tinggi persentase perokok di suatu negara maka ......
Tidak terima dengan opini saya? Coba bandingkan Indonesia dengan Singapura, Malaysia dan China.
Akal sehat mengalahkan hasrat?
ref: Atlas Tobacco, WHO
loading...
