Jika anda dihadapkan pada sebuah pilihan antara DOA, hidup dan mati atau between Dead or Alive mana yang akan anda pilih??
Life is wonderful. Sometime happy, sometime sad. Kalau happy bawaannya mau hidup terus nggak mau mati. Tapi begitu kesedihan menyapa rasanya mau bunuh diri aja. Betul tidak? Adakah diantara anda para pembaca yang pernah merasakan perasaan ini? seperti berada dalam dilemma. Hidup segan mati tak rela, mau bunuh diri tapi takut dosa. Klise kan? Dilemma sehari-hari.
Tapi ada yang nekat lho menghabisi hidupnya karena putus asa, kecewa atau merasa hidupnya tidak berguna. Padahal, selama nyawa masih dikandung badan, jasmani sehat tak kurang suatu apa... tiada istilah manusia yang tidak berguna. Yeaaahhh... once I pernah sangat marah pada seseorang dan mengatakannya 'manusia tidak berguna' sebentuk kemarahan yang refleks terucap begitu saja. Emosi menguasai intelektualitas diri. Kata dan peristiwa yang selalu kusesali hingga kini. Sayangnya aku tidak memiliki yang kemarin lagi... hanya kini... haiiiishh, memory ..memory..
Oh Btw, kembali pada DOA alias Death or alive. Dulu saya pernah memiliki seorang karib, teman berdiskusi dan ber-adu argumentasi. Dulu... now she already passway. Dia telah kembali pada tujuan hidupnya yaitu kematian. Cukup disayangkan karena usianya sangat muda, cantik dan berharta. Namun maut kan tidak perduli apa-apa. Kecuali sebuah nama yang tertulis di selembar daun yang jatuh dari pohon kehidupan di surga. Setiap kali kejenuhan akan hidup menyapa diri dan options bunuh diri muncul kepermukaan, maka dia menyadarkanku hanya dengan satu pertanyaan...
'If life is like this, what make life after death have any different??"
Sementara selama ini tidak ada seorangpun yang hidup dari mati dan menyampaikan kabar tentang kehidupan setelah mati dengan gamblang dan jelas. Semua serba samar-samar, kabur dan serba tidak pasti. Bahkan membaca testimoni dari mereka yang pernah mengalami 'mati' pun tidak cukup meyakinkan. So, kenapa Death or live bisa menjadi options?? Jawabnya mungkin karena tiada yang lebih spectakuler dari kematian itu sendiri. Sehingga kehidupan menjadi sesuatu yang ingin di nafikan dan kematian menjadi ajang pengharapan. Ironis atau dramatis?
Kehidupan ini memang bercadar dan semu. Apa yang terlihat dan dirasa terkadang bukan yang sebenarnya. Sifat manusia adalah suka menafikan. Sebab itulah muncul dugaan. Jika menduga dan menyangkah sudah melebur dalam dada dan menepis logika, tandanya sengketa sudah hampir tiba di depan mata. Dan harus cepat-cepat waspada. Jangan sampai terhanyut dalam badai prasangkah kemudian menyesal dan merana. Sehingga yang ada hanyalah sebuah options DOA deador alive.
loading...