Bukan Sekedar KAMUS!

loading...

Hakikat Marah dalam Filsafat Eksistensi Bianglala

Hakikat Marah dalam goresan Bianglala

eksistensi diri yaitu agar menahan diri untuk tidak marah dan bukan menahan amarah. Kedua kalimat diatas sama sekali berbeda dan tidak sama. Menahan diri untuk tidak marah artinya adalah meniadakan rasa marah atau mengontrol diri agar tidak menjadi marah. Sedangkan menahan amarah adalah mengekang rasa marah, memendam rasa marah… ini merupakan hal yang sangat berbahaya baik bagi diri pribadi ataupun orang lain. Amarah yang dipendam suatu ketika pasti akan meledak yang akan berakibat buruk bagi ketentraman, keamanan dan kesejahteraan makhluk hidup disekitar.

..rasanya saya pernah menulis tentang eksistensialisme, dimana keberadaan seseorang adalah untuk melengkapi yang lainnya... dan untuk menjayakan suatu hubungan di butuhkan pengertian, pemahaman, saling percaya meski tidak harus setia.. (artinya biarpun dia seorang pengkhianat bukan berarti dia tidak mencintaimu, walau dia menyakitimu, bukan berarti dia tidak menyayangimu!)

dalam buku Ihya' Ullumuddin disebutkan bahwa hakikat marah adalah untuk membela diri. Seseorang yang teraniaya dan tertindas berhak untuk marah. Agar muncul usaha untuk membela diri. Kemarahan adalah kekuatan yang diciptakan Allah dalam batin manusia sebagai pelengkap. Pelengkap yang menjadikan manusia sempurna dengannya dan tidak normal tanpanya. Seperti firman Allah dalam QS. Al Fath:29); "barang siapa yang dibangkitkan kemarahannya, sedang ia tidak marah, maka ia adalah KELEDAI...." (maksudnya pasti .. DUNGGU)
Rasa marah mengantar kita untuk menjadi orang yg taqwa dengan cara belajar menahan diri untuk tidak marah dan bukannya menahan marah. Menahan diri maksudnya adalah sabar dan tawakal menerima segala takdir yang menjadi qodratnya dan merelakan apa yang bukan menjadi haknya.
Nabi SAW, pernah bersabdah; 'Jika seseorang mencelamu karena cacat yang ada padamu, maka tahanlah dirimu untuk tidak menjelekan cacat yang ada padanya'

maksudnya adalah jangan membalas!. Jika orang mencubitmu, tahan saja. Jangan balas mencubit! Meski dicubit itu sakit! Itu sabda nabi  SAW, yang artinya prinsip paling spectakuler selama ini bahwa "Pembalasan harus lebih kejam dari Perbuatan" adalah sebuah kesalahan besar.

Dalam salah satu hadits, rasullulah bersabda;
"Janganlah menjadi orang yang SOMBONG, sehingga kejahilan dan kenakalanmu mengalahkan ILMU mu dan carilah kemulyaan di sisi Allah dengan:
  1. Memberi maaf pada orang yang menzalimimu
  2. Menyambung Hubungan dengan mereka yang memutuskan silahturahim denganmu
  3. Memberi pada siapa yang mengharamkan dirimu (??? xpaham!!)
  4. Menahan diri terhadap siapa saja yang mengganggumu
"Meminta maaf tidak akan membuatmu rendah, dan memberi maaf akan menjadikanmu manusia yang Mulya Dunia-Akhirat"

Dan saya pribadi, setiap berbuat salah pasti ingin segera meminta maaf, dan setiap permintaan maaf pasti akan di beri!….tapi memberi maafnya dalam hati saja ya.....  sbb Not Fun klu terlalu mudah memaafkan  karena manusia itu cenderung untuk mengulang kesalahan yang sama.. over and over again (Hukum Kelembaman??)

Try not to  ".... Go back to the same place Twice and make the same mistake.."  bcoz that really not CREATIVE!
Source:
  • My Diary… ;)
  • Ihya’ Ulumuddin imam Al Ghazali
  • Kamus besar bahasa Indonesia
  • Filsafat Eksistensi (by Fuad Hassan)
loading...
Bagikan :
Back To Top