Teori Hanyutan Benua atau Continental Drift Theory. Hanyutan benua adalah pergerakan apungan kerak bumi. Kerak bumi tidak hanya terdiri dari satu bagian tetapi merupakan kumpulan dari sejumlah kepingan raksasa yang bergerak secara perlahan mengeliling planet bumi. Pergerakan kerak bumi tersebut disebabkan oleh arus konveksi yang diciptakan oleh panas dari dalam inti bumi. Pergerakan kerak bumi inilah yang menjadi dasar dari teori hanyutan benua atau teori pengapungan Benua.
Teori hanyutan benua pertama kali dicetuskan oleh Abraham Ortelius pada tahun 1596. Namun baru diperkenalkan oleh Alfred Wegener pada awal abad 19. Teori hanyutan benua menyatakan bahwa benua-benua selalu bergerak, bergeser dan menjauh dari satu sama lain. Teori ini ditulis dalam bukunya yang berjudul “The Origin of Continent and Oceans”. Menurut Wegener, 200 juta tahun yang lalu, semua daratan yang ada di permukaan bumi tergabung dalam satu benua raksasa yang disebut Pangaea. Dan hanya ada satu samudra yaitu Panthalassa. Lalu pada sekitar 110 juta tahun yang lalau, karena adanya aktivitas geologis, Pangaea terpecah menjadi beberapa keping daratan yang bergerak saling menjauhi. Pergerakan benua menuju dua arah yaitu pergerakan kearah barat dan pergerakan kearah kutub. Dari aktivitas ini kemudian terbentuklah daratan-daratan besar yang terkenal dengan sebutan benua seperti saat sekarang. Saat ini telah ada 5 benua di bumi. Dan karena hayutan benua masih terus berlanjut, maka ada perkiraan bahwa beberapa juta tahun lagi, Amerika Utara akan terpisah dengan amerika selatan dan bergabung dengan benua asia.
Teori hanyutan benua atau continentak drift theory atau teori pengapungan benua ini tidak bisa di pisahkan dari teori pergerakan lempeng tektonik. Dimana hingga kini ada 7 lempeng besar dan 9 lempeng kecil yang terus bergerak yang mendasari teori hanyutan benua. Untuk mengetahui nama-nama lempeng tektonik, silahkan tunggu artikel selanjutnya yang berjudul: 7 Nama lempeng Tektonik Besar | Nama-nama Lempeng Benua