Bukan Sekedar KAMUS!

loading...

AGROBISNIS : SATO IMO alias TALAS JEPANG

Satoimo atau talas Jepang atau colocasia esculenta var. antiquorum.

Budi daya talas Jepang atau satoimo (colocasia esculenta var. antiquorum) menjanjikan keuntungan yang sangat besar dan tidak membutuhkan teknologi yang rumit. Masyarakat Jepang, hingga kini membutuhkan sedikitnya 360.000 ton per tahun. Yang diperoleh dari jumlah data konsumsi per kapita penduduk Jepang sebanyak tiga kg per orang per tahun. Sementara penduduk Jepang saat ini mencapai sekitar 120 juta jiwa. Sehingga, diperkirakan, kebutuhan satoimo masyarakat Jepang mencapai 360.000 ton per tahunnya atau setara dengan 36 juta kg.

Sementara itu, produksi di negeri matahari terbit itu setiap tahunnya menurun seiring dengan kenaikan biaya tenaga kerja. Produksi satoimo Jepang sejak 1996, terus menurun dan saat ini tinggal 250.000 ton per tahun. Akibatnya, setiap tahun negara itu mengimpor sebanyak 110.000 ton satoimo.

Bahkan, menurut perkiraan, produksi satoimo Jepang tahun ini jauh di bawah 250.000 ton. Mengingat lahan budi daya pertanian di sana sangat terbatas. Selain itu, di Jepang, untuk mengelola komoditas itu perlu tenaga kerja yang bekerja secara tradisional, sedangkan masyarakat di sana kini lebih tertarik bekerja dengan teknologi mekanis.
Untuk memenuhi kekuranga tersebut, Jepang mengimport dari negara tetangga terutama Cina yang juga merupakan produsen Sato Imo terbesar.

Di Jember, PT Multiagro Agriculture yang berada di berlokasi di Kecamatan Jenggawah, juga sedang mencoba membudidayakannya. Sebenarnya Indonesia mempunyai ekosistem yang tepat untuk budi daya sato imo. Hanya saja, tanaman ini mempunyai pamor yang kurang menarik di banding jenis palawija local yang ditanam petani yang mana para petani sudah tahu pasti pangsa pasar dan konsumennya. Sementara Sato Imo mempunyai orientasi Eksport yang prosedur pemasarannya lebih complex dan Njelimet.
loading...
Bagikan :
Back To Top