TKI: antara kemiskinan dan keserakahan. Eit.. yang merasa jangan marah dulu ya! Saya juga mantan TKI kok.. :). Tak perduli apa pekerjaannya, yang jelas saya dulu pernah bekerja di luar negeri. Motivasinya selain uang juga for fun dan 'bertualang' mencari pengalaman. Dan alhamdulilah.... kedua-duanya saya dapatkan sebelum akhirnya memutuskan untuk men-PHK diri. Maksudnya berhenti 'bermimpi' dan 'berhalusinasi'.
Selama ini bekerja menjadi TKI di luar negeri selalu di identikan sebagai salah satu upaya untuk mengentaskan kemiskinan dan sebagai platform untuk menyalurkan pengangguran dalam negeri. Ini dibuktikan dengan adanya pemberian KUR untuk TKI yang artinya pemerintah menyokong pengiriman TKI ke luar negeri. Diatas kertas, pemerintah memang mendukung dan mengupayakan TKI tapi pada kenyataannya jauh dari yang tersurat.
50% TKI terutama TKW yang pergi keluar negeri adalah karena merasa hidup dalam kemiskinan alias ketidak cukupan. Sementara lapangan kerja yang tersedia tidak dapat menampung, maka alternative pilihan adalah menjadi TKW.
'Kemiskinan' yang menjadi motivator bagi para calon TKI terutama TKW ternyata di manfaatkan oleh sebagian pihak untuk mengexploitasi mereka. Di sinilah akhirnya kemiskinan seseorang bertemu dengan keserakahan orang yang lainnya. Sistem birokrasi yang penuh ketidak pastian turut juga mendukung. Itulah sebabnya mengapa TKI sebelum diberangkatkan keluar negeri sudah mempunyai hutang kepada PJTKI yang menyebabkan beberapa bulan (3-5 bulan) pertama mereka samasekali tidak menerima gaji atau hanya menerima sekitar 10% nya.
:) bersambung
loading...