Eksistensi manusia dalam Eksistensialisme
Eksistensi manusia sebagai tema sentral dalam filsafat eksistensialisme membuka wawasan baru akan pentingnya suatu pemikiran yang bebas dan tidak terbatas. Pikiran yang bebas dan tidak terbatas pada manusia seperti halnya daya imaginasi yang tidak terkekang oleh jarak, ruang dan waktu merupakan keistimewaan ( special gift ) manusia dalam memahami eksistensinya sebagai makhluk berakal.
Pikiran yang bebas dan tidak terbatas bukan berarti bahwa manusia mempunyai hak untuk bertindak seperti apa yang dipikirkannya. Karena pikiran dan tindakan adalah dua hal berbeda yang mempunyai tujuan yang sama yaitu menunjukan eksistensi manusia sebagai makhluk individu yang berakal, tetapi mempunyai dampak yang berbeda. Pikiran yang bebas dan tidak terbatas tidak akan berefek apapun selama masih hanya berbentu pikiran namun setelah direalisasikan dalam tindakan maka harus memenuhi terma dan syarat ( T&C ) yang sesuai dengan situasi, kondisi, pandangan, norma, adat istiadat, culture dan hukum-hukum yang mengikat dan menjadi dasar disuatu wilayah dimana manusia tersebut berada. Karena jika tidak, maka tindakan tersebut akan mengancam eksistensi manusia itu sendiri.
Eksistensi manusia yang paling penting untuk disadari oleh setiap orang dalam dunia ini adalah bahwa Manusia tercipta untuk saling melengkapi antara satu dengan yang lainnya. Manusia sebagai makhluk sosial tidak bisa berdiri sendiri sebagai satu individu yang terpisah tanpa dipengaruhi oleh segala yang berkaitan dengan aktivitas-aktivitas manusia lainnya.
Segala aktivitas manusia terhadap lingkungannya hanya bisa dinilai dan diartikan oleh dua hal. Aktivitas yang sejalur dengan peradaban sosial, norma & aturan serta cultur dan budaya di wilayah yang dihuninya maka akan disebut aktivitas baik. Sementara aktivitas yang melawan arus yang berbeda dan bertentangan dengan segala peraturan yang ada di sekelilingnya maka akan dikonotasikan sebagai aktivitas jahat (buruk). Manusia yang melakukan aktivitas baik disebut orang baik, sedangkan yang melakukan aktivitas jahat disebut orang jahat.
Eksistensi manusia wujud karena keberadaan manusia lain disekitarnya. Jika seorang manusia hidup sendiri, mengasingkan diri dari manusia yang lainnya maka eksistensinya sebagai manusia tetap ada namun diragukan atau tidak dianggap sama sekali. Karena sebagai tema sentral dalam existensialisme manusia, manusia haruslah menjadi makhluk sosial yang saling melengkapi satu sama lainnya sehingga tercipta suatu ritme yang harmonis.
Lebuay, 30 april 2011
~Meysha Lestari~
~Meysha Lestari~
loading...