Bukan Sekedar KAMUS!

loading...

Pesta Panen: Perang Nasi ~ When Indonesian People Happy???

“Perang Nasi” untuk Pesta Panen??

Ketika nafsu mengalahkan logika, nurani dan rasa….. maka yang muncul adalah tindakan yang tidak bisa dipertanggungjawabkan dan suatu kesia-siaan.
pesta perang nasi infongawi Ada banyak jenis pesta panen di bumi  nusantara ini namun yang paling aneh dan tidak bisa diterima dengan akal adalah pesta panen “perang nasi’ ini. Meski tujuannya Mulia, tetapi cara pelaksanaannya itu lho. Tidakkah sesuatu yang baik dilaksanakn dengan perbuatan baik pula? Beramal dan bersedekah misalnya?  Ini opini pribadi lho… no offence!.

Pesta Panen selalu diadakan dengan meriah dan di iringi doa-doa sebagai ungkapan rasa syukur kepada tuhan yang telah melimpahkan rezeki kepada penghuni persada nusantara. Namun jika sehabis pesta, makanan yang telah diperoleh dan dipersiapkan dengan susah payah kemudian dibuang dan dihambur-hamburkan…… apakah itu masuk logika?

Tradisi perang Nasi ini terdapat di kabupaten Ngawi

perang nasi di ngawisebuah daerah yang terletak diujung barat propinsi Jawa timur, berbatasan dengan Jawa Tengah. Masyarakat Desa Pelang lor masih setia terhadap adat istiadat peninggalan leluhurnya ini. Sehingga setiap pesta panen yang berupa kegiatan nyadran (bersih desa) yang  diselenggarakan setahun sekali setiap Jumat Legi di Punden Dusun Tambakselo selalu disertai dengan perang nasi. Kalau melihat bagaimana perang nasi itu dilakukan, sepertinya tidak mungkin lagi kalau nasi-nasi tersebut bisa di konsumsi setelah dipakai perang-perang an.
Entah leluhur yang bagaimana yang mengajarkan anak cucu nya membuang-buang makanan. Mungkin pada zaman dulu, daerah tersebut adalah daerah yang makmur dengan hasil pangan yang melimpah. Namun bijaksanakah kegiatan membuang makanan tersebut di zaman seperti ini dimana kelaparan sedang merajalela?

Tradisi leluhur wajib untuk dilestarikan

dalam tanda kutip jika tradisi itu didukung oleh logika dan sesuai dengan situasi dan kondisi. Dimasa dimana hampir 40% (kurang lebih) rakyat Indonesia dalam kondisi kelaparan karena musim kemarau yang berkepanjangan, bijaksanakah kalau saudara sebangsa senegara karena merasa berbahagia merayakan pesta dengan “Perang Nasi”? Bukankah lebih masuk akal kalau beras yang akan dimasak dan dijadikan senjata perang-perang an tersebut disumbangkan pada mereka yang sedang kelaparan?? Manusia sebagai khalifah diatas bumi ini seharusnya memiliki sifat flexsible dan pandai menilai situasi. Bijaksana dalam bertindak.

Perang nasi??

what a….. waste. Dari sekian banyaknya warga desa, tidak adakah satu orang pun yang punya dapat mencegah dan punya ide bagus untuk menyumbangkan beras-beras tersebut pada mereka yang kelaparan daripada untuk di hambur-hamburkan?
Memang suatu tradisi pasti punya arti dan kepentingan tersendiri. Kalau melihat bahwa sebelum pesta perang nasi diadakah Istighosah terlebih dahulu, maka berarti sebagian besar adalah umat muslim. Menurut saya Islam tidak mengajarkan umatnya untuk membuang-buang makanan.
Dahulu.. waktu kami masih kecil, eyang putri selalu bilang, kalau makan harus bersih jangan biarkan ada butiran nasi yang tertinggal, karena dalam sepiring nasi hanya ada satu butir nasi yang mengandung berkah. Jadi harus dimakan semua. Siapa tahu nasi sebutir yang tertinggal adalah yang mengandung berkah. Who knows….!
Melihat perang nasi, jadi penasaran dengan pendapat pemerintah… apakah akan dilarang atau malah dibudidayakan sebagai tradisi warisan leluhur?? Lihat saja perkembangan selanjutnya… can’t wait.. siapa tahu akan dibentuk Pansus yang mengurusi pesta panen… who knows? Indonesian selalu penuh kejutan… apalagi kalau sedang happy.. :)
loading...
Bagikan :
Back To Top